TATACARA BERPUASA   





 Puasa dalam pelaksanaannya, ulama terbagi dalam dua pendapat ;
 1. tidak boleh sama sekali menggabungkan puasa ramadhan dan puasa sunnah di bulan syawal dengan satu niat. pendapat ini dimotori oleh Abu Yusuf dari kalangan hanafiyah, dan sebagian ulama syafi'iah.
2. boleh tasyirk al-niyyat ( menggabungkan niat ) qadla bulan ramadhan dan puasa syawal. pendapat ini dimotori - dari kalangan syafi'iyah - oleh al-Ramli, serta sebgian ulama malikiyah, dan kelompok hanafiyah ; Muhamad bin al-Hasan al-Syaibani.

kelompok pertama, berhujjah dengan ;

1. hadis riwayat abi hurairah ;

من صام تطوعاً وعليه من رمضان شيء لم يقضه؛ فإنه لا يُتقبل منه حتى يصومه

barang siapa berpuasa sunnat, padahal ia mempunyai tanggungan puasa bulan ramadhan, maka puasa sunnatnya tidak diterima sampai ia mengqadla' puasa ramadhan yang tertinggal.

2. atas dasar kaidah ;

لا يُترك الواجب إلاّ لواجب

suatu perkara wajib tidak boleh ditinggalkan terkecuali dengan adanya kewajiban lain

sedang kebolehan menggabungkan niat, ulama berhujjah bahwa kedua ibadah tersebut tidak mutanaqidlah ( tdk bertentangan ). maka, jika kedua ibadah tersebut mutadakhilah (tidak bertentangan ) boleh dilakukan. Contoh, mandi di hari jum'at sunah, namun di hari yg sama orang tersebut junub. maka boleh menggabungkan niat mandi janabah dan niat mandi sunah di hari jum'at. begitu juga bolehnya menggabungkan shalat fardlu dengan shalat tahiyyat al-masjid. sedang untuk kaidah, tidak termasuk dalam masalah. karena yg dimaksud disini menjama', bukan melaksanakan puasa sunnah terlebih dahulu.

juga kebolehan ini mempunyai maksud memberi kemudahan pada umat muslim yang mempunyai masyaqat ketika melaksanakan puasa yang terpisah-pisah. disini lain puasa syawal terbatas waktunya, sedang qadla ramadlan wajib muwassa' ( waktu qadlanya masih luas ).

sebagaimana tidak ada hadis yang membolehkan tasyrik, hadis yg melarang tasyrik al-niyyatpun tidak ada. hadis yang diriwaytkan oleh abu hurairah diatas ( yang mengharuskan menqadla' puasa ramadlan terlebih dahulu ) - sebagaimana disebutkan Ibnu Qudamah dalam al-mughninya - termasuk hadis matruk, karena ada Ibnu Luhai'ah didalamnya. dan hadis tersebutpun masih umum, karena mencakup yg udzur maupun yang tidak.

'ala kulli hal, ulama yang menganjurkan menqadla terlebih dahulu lebih baik. namun jika keadaan menimbulkan masyaqat, boleh menjama' keduanya.

Translator

apakah yang kau sukai dari Islam..?